appnext

Rabu, 04 Juni 2014

LEGENDA PARASURAMA, KISAH RAMABARGAWA DI RAMAYANA DAN MAHABARATA

Kisah Parasurama
Kisah Ramayana dan Mahabarata dalam pewayangan adalah kisah klasik dari jaman ke jaman.  Kisah epik pewayangan yang menceritakan politik, kesaktian dan kehidupan tokoh-tokoh wayang didalamnya. Dibalik kisah Mahabarata yang dahsyat dan kisah Ramayana yang fenomenal ada satu tokoh yang selalu disebut yaitu Parasurama alias Begawan Ramabargawa atau Ramaparasu. Guru dari Resi Bisma, Drona dan juga Karna. Inilah Legenda Parasurama, Kisah Ramabargawa di Ramayana dan Mahabarata. Sebuah kisah seorang Begawan sakti yang mencari kematiannya dari generasi Ramayana sampai ke generasi Mahabarata.

Parasurama atau dalam pewayangan Jawa lebih dikenal dengan Ramaparasu atau Ramabargawa adalah seorang tokoh Ciranjiwin (hidup abadi) dalam ajaran agama Hindu. Ia dikenal sebagai awatara Wisnu yang keenam dan hidup di zaman Tretayuga. Secara harafiah Parashurama berarti �Rama yang bersenjata kapak�. Nama ini ia dapatkan karena ia selalu membawa kapak sebagai senjatanya. Ia juga dikenal sebagai Bhargawa yang bermakna �keturunan Mahararesi Bregu�.

Parasurama adalah putera Jamadagni, seorang resi keturunan Bregu dengan Renuka. Sewaktu ia lahir, ia diberi nama Rama. Setelah ia dewasa, ia lebih dikenal dengan Parasurama, hal ini karena ia selalu membawa kapak sebagai senjata. Selain kapak, Parasurama juga memiliki senjata lain yaitu busur panah yang luar biasa.

Dikisahkan Jamadagni, ayah Parasurama marah kepada istrinya Renuka, karena Renuka membuat kesalahan saat melayani kebutuhan Jamadagni. Oleh Karena itu, Jamadagni meminta anak-anaknya untuk membunuh ibu mereka, dan menjanjikan akan mengabulkan semua permintaan mereka. Kelima putera Jamadagni, tidak ada yang sanggup melakukan perintah ayahnya tersebut, akhirnya karena marah, Jamadagni mengutuk mereka menjadi batu. Tinggal Parasurama yang menjadi harapan Jamadagni, Parasurama pun akhirnya bersedia melakukan perintah ayahnya tersebut. Ia membunuh ibunya sendiri, Renuka.

Sesuai janji Jamadagni, Parasurama kemudian mengajukan permintaannya. Ia  meminta agar Jamadagni menghidupkan dan menerim Renuka kembali, serta mengembalikan kelima kakaknya ke  wujud manusia. Jamadagni merasa bangga dan akhirnya memenuhi semua permintaan Parasurama.

Kisah Begawan Ramabargawa Parasurama
Pada zaman kehidupan Parasurama, ketenteraman dunia dikacaukan oleh ulah kaum ksatria yang suka berperang satu sama lain. Kebenciannya terhdap kaum ksatria semakin bertambah setelah, raja Kerajaan hehaya yang bernama Kartawirya Arjuna merampas sapi milik Jamadagni. Parasurama marah dan membunuh raja tersebut. Namun kemudian anak-anak kartawirya Arjuna lalu membalas dendam dengan cara membunuh Jamadagni.  Parasurama pun bangkit untuk menumpas mereka. Tidak terhitung lagi berapa banyak ksatria yang tewas terkena kapak dan panah Prasurama.

Ia dikisahkan sampai mengelilingi dunia sampai tiga kali demi menumpas para ksatria di seluruh bumi. Setelah merasa cukup, Parasurama pun megadakan upacara pengorbanan suc di tempat yang bernama Samantapancaka. Tempat itu pada zaman berikutnya, dikenal dengan nama Kurukhsetra dan dianggap sebagai tanah suci yang menjadi arena perang akbar antara Pandawa dan Korawa.

Dari sekian banyak ksatria yang telah ia bunuh, tetapi masih ada ksatria yang masih hidup,salah satunya dalah Wangsa Surya yang berkuasa di Ayodhya, kerajaan Kosala. Salah satu keturunan Wangsa adalah Sri Rama putera Dasarata.

Rama berhasil memenagkan sayembara di kerajaan Mithila untuk memperbutkan Sita atau dalam pewayangan jawa lebih dikenal dengan Shinta. Rama berhasil mengangkat dan membentangkan busur  panah, pusaka pemberian Siwa, dan bahkan berhasil mematahkan pusaka yang maha dahsyat beratnya.

Kabar itu terdengar oleh Parasurama di pertapaannya, mala ia pun mencegat Rama ketika Ia memboyong Shinta ke Ayodhya. Namun dengan lembut hati, Rama berhasil menenangkan kemarahan Parasurama yang akhirnya kembali pulang ke pertapaannya. Pertemuan ini merupakan pertemuan sesame awatara Wisnu, yang saat itu Wisnu telah menjelma kembali sebagai Rama.

Pada Zaman Dwaparayuga, Wisnu terlahir kembali sebagai Kresna putera Basudewa. Karena Parasurama hidup sebagai Ciranjiwin, ia pun masih hidup abadi di bumi. Pada zaman itu Parasurama menjadi guru sepupu Kresna yaitu Karna yang menyamar menjadi seorang brahmana muda. Sebenarnya Karna berasal dari golongan ksatria tetapi karena demi mendapatkan ilmu dari Parasurama, akhirnya ia menyamar menjadi seorang brahmana.

Setelah mengajarkan berbagai ilmu kesaktian baruah Parasurama sadar bahwa Karna bukan dari golongan brahmana. Ia pun marah dan mengutuk karna, bahwa ia akan lupa terhdap semua ilmu kesaktian yang telah ia pelajari pada saat ia dalam keadaan terdesak dalam suatu pertempuran. Kutukan itu menjadi kenyataan, Karna lupa akan semua mantra dan ilmu yang ia pelajari dari Parasurama ketika, kereta perangnya terperosok ke dalam lumpur, sementara Arjuna sudah siap membidiknya dalam perang akbar di Kurukhsetra. Oya baca artikel menarik laainnya di Mungkinkah Mahabharata dan Ramayana adalah perang nuklir?

Dalam pewayangan Jawa, Parasurama lebih dikenal dengan sebutan Ramabargawa, atau sering juga dipanggil Jamadagni, sama dengan nama ayahnya.

Diceritakan bahwa Parasurama adalah keturunan Batara Surya bukan titisan Wisnu, ayahnya, Jamadagni adalah sepupu Kartawirya raja kerajaan Mahespati, yang merupakan ayah dari Arjunasasrabahu, musuh dari Parasurama. Jamadagni juga masih memilikiikatan persaudaraan dengan Resi Gotama ayah Subali dan Sugriwa.

Dalam pewayangan, Ramabargawa membunuh ibunya sendiri, Renuka atas perintah ayahnya karena Renuka telah berselingkuh dengan Citrarata raja kerajaan Martikawata.Mulai saat itulah, muncul kebencian Ramabargawa terhadap kaum ksatria.

Setelah merasa jenuh dan cukup menumpas kaum ksatria, ia memutuskan untuk meninggalkan dunia. Atas petunjuk dewata, ia akan mencapai surge, jika ia mati di tangan awatara Wisnu. Wisnu dikisahkan menitis kepada Arjuna Sasarabahu.

Ramabargawa akhirnya berhasil menemui Arjuna Sasarabahu, namun saat itu, Arjuna Sasarabahu telah kehilangan semangat hidupnya setelah kematian istrinya Citrawati dan Sumantri, patihnya. BUkannya ia terbunuh oleh Arjuna Sasrabahu, tetapi justru ia yang mmbunuh Arjuna Sasrabahu.

Ramabargawa kecewa dan menuduh dewata telah berbohong. Turunlah Batara Narada dan menjelaskan bahwa Wisnu telah meninggalkan Arjuna Sasrabhu untuk terlahir kembali sebagai Rama, putera Dasarata. Ramabargawa diminta bersabar menunggu Rama hingga dDewasa, elak ia yang akanmembunuhnya mengantarkannya ke surga.

Keberhasilan Rama memenangkan sayembara di lerajaan Mantili untuk memperebutkan Sinta terdengar oleh Ramabargawa. Ia kemudian mencegat Rama di tengah perjalanan saat ia akanmemboyong Sinta ke Ayodya. Ramabargawa menantang Rama untuk bertarung. Dalm perang tanding tersebut, Ramabargwa akhirnya gugur di tangan Rama, dan naik kahyangan menjadi Dewa bergelar Batara Ramaparasu. (baca juga artikel ilmiah tentang Vimana, Pesawat terbang india kuno)

Pada zaman berikutnya, Ramaparasu bertemu dengan awatara Wisnu lainnya, yaitu kresna, yang saat itu sedang dalam perjalanan menjadi duta Pandawa ke Hastinapura. Bersama Batara Narada, Bathara Kanwa dan Batara Janaka, ia menghadang kereta Kresna ikut serta ke Hastinapura, mereka menjadi saksi perindungan dengan pihak Korawa. Selama hidupnya, Parasurama hanya memiliki tiga murid yakni, Bisma, Drona dan Karna.

Selasa, 03 Juni 2014

Sejarah Tongsis, Asal Usul Tongkat Narsis untuk Selfie

Sejarah Tongsis Tongkat narsis
Pernah dengar Tongsis? Tongsis ini bukan sodaranya Klinik Tong Fang yang fenomenal itu.. hehe. Tongsis adalah singkatan dari Tongkat Narsis bagi pecandu foto selfie alias alat bantu digunakan gadget mania untuk memotret diri sendiri. Bagi anda yang ingin mengetahui Sejarah Tongsis, Asal Usul Tongkat Narsis untuk Selfie bisa membaca artikel ini. Tongsis ini ramai digunakan seiring berkembangnya handphone dan hobby foto selfie di masyarakat.

Hasil penelusuran di dunia maya, awal mula dibuatnya alat ini saat sang empunya ide melakukan kunjungan ke Thailand. Jika berwisata ke salah satu kota di Thailand para turis merasa kesulitan saat hendak merekam moment-moment saat berada di salah satu tempat wisata.

Konon masalah bahasa juga menjadi kendala saat para turis melakukan kunjungan ke negeri gajah putih tersebut. Sebagian masyarakat Thailand kurang fasih memakai bahasa asing membuat para turis memutar otak cara untuk mendapatkan rekaman foto usai melakukan kunjungan wisata.

Kemudian muncullah ide untuk membuat alat berbentuk tongkat yang bisa dipanjangkan hingga satu meter dengan di ujung tongkat terdapat tempat untuk menaruh ponsel atau perangkat portabel lainnya. Tentunya para penggila foto kamera saku sedikit lega dengan kedatangan alat yang bisa menopang aksi narsisnya tersebut. Sebab alat ini biasanya digunakan untuk pengguna yang ingin mengambil foto dalam posisi wide yang lebih luas karena keterbatasan perangkat mobile.

Pemerhati media sosial Ignatius Haryanto membenarkan jika perkembangan teknologi yang semakin maju membuat para pelaku kreatif semakin beragam menunjukkan karyanya agar dinikmati semua orang.

"Tongsis ini sendiri merupakan alat yang buat untuk mendukung aksi gadget mania yang kerap narsis di depan kamera," ujarnya, jumat (14/3/2014).

Penelusuran merdeka lewat dunia maya, alat yang kerap digunakan para pelaku narsis ini memang semakin meningkat di pasaran. Tongkat yang disebut juga dengan monopod dibanderol kisaran harga Rp 250 ribu. Para penggiat fotografi lewat kamera ponsel membuat alat ini semakin digemari di masyarakat.